Laman

Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

19.6.12

2 Puisi Saya

REFLEKSI

Tubuh dan hidupku adalah monumen
dari hutang yang tak kan bisa terbayarkan

Seberapa keras aku menyicil
lebih terdengar sebagai lelucon saja

Hutang yang kian membengkak
setiap bertambah sekon

yang menyebabkan
aku tergolek lemas oleh rasa syukur

Aku hidup dengan nafas buatan
langsung dari mulutMu

dan matiku pun, tidak bisa tidak,
akan di pangkuanMu

Bolehkah sekarang
aku menangis, Tuanku?

Karanganyar 2, 20 Juni 2012
M. Nahdiansyah Abdi

21.12.08

PERTENGKARAN


Seorang laki-laki bergegas ke dapur
Sepotong daging menggonggong di depan pagar
Dua layangan putus berayun di kejauhan
Tapi teriakan itu tak ada habisnya
Di masa lalu tumbuh dengan liar
Di masa depan mekar sebagai gema
Mendesakmu yang kini telungkup
Mendesakku yang kini maut


Kamis, 13 Peb 03


27.10.08

DARAH



pada tanah
yang ia bersengketa
adalah tubuhnya sendiri
ia terlalu merindukan
setiap jengkal tubuhnya
setiap jengkal tanah hitam
yang membentuknya
tanpa rasa kepingin
demi sel-sel mati dan kini ia mencengkeram
demi lapisan bumi yang senantiasa bergerak, humus dan
kesepian
dan kini ia sesempurna malam tanpa bulan


21.7.08

SINGKAT SAJA

Puisi: M. Nahdiansyah Abdi

Wajah-wajah kosong dan sibuk
yang sangat rentan dan menyimpan trauma
yang begitu teguh dalam larutan lupa
menggapai-gapai Sepi tanpa cela
Ia yang sangat kasmaran menyulut luka
Bertanya ia, bagaikan maut yang nelangsa:
“Kekasih dalam diri, sejatinya tak lama menanti.”

Wow, apa artinya ini
Tubuh yang lembek, rumah yang rapuh
Perjalanan di luar nalar

Bandara Adi sucipto, 7 mei 2007