REFLEKSI
Tubuh dan hidupku adalah monumen
dari hutang yang tak kan bisa terbayarkan
Seberapa keras aku menyicil
lebih terdengar sebagai lelucon saja
Hutang yang kian membengkak
setiap bertambah sekon
yang menyebabkan
aku tergolek lemas oleh rasa syukur
Aku hidup dengan nafas buatan
langsung dari mulutMu
dan matiku pun, tidak bisa tidak,
akan di pangkuanMu
Bolehkah sekarang
aku menangis, Tuanku?
Karanganyar 2, 20 Juni 2012
M. Nahdiansyah Abdi