Laman

19.6.12

2 Puisi Saya

REFLEKSI

Tubuh dan hidupku adalah monumen
dari hutang yang tak kan bisa terbayarkan

Seberapa keras aku menyicil
lebih terdengar sebagai lelucon saja

Hutang yang kian membengkak
setiap bertambah sekon

yang menyebabkan
aku tergolek lemas oleh rasa syukur

Aku hidup dengan nafas buatan
langsung dari mulutMu

dan matiku pun, tidak bisa tidak,
akan di pangkuanMu

Bolehkah sekarang
aku menangis, Tuanku?

Karanganyar 2, 20 Juni 2012
M. Nahdiansyah Abdi




KEAJAIBAN RUMAH

Mengherankan, besar kecilnya rumahku tak dapat
diukur dengan meteran
Mengherankan, ia hanya tergantung pada benda kecil
yang menghias melintang di sana
Di situ, di wajah isteriku

Sempit atau luasnya rumahku
ternyata hanya tergantung
pada seberapa lebar dan tulus senyum isteriku

Karanganyar 2, 13 Juni 2012
M. Nahdiansyah Abdi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar