Laman

20.3.09

SASTRAWAN PLAGIAT VS SASTRAWAN GILA HORMAT


Oleh M. Nahdiansyah Abdi


Dalam jagat kesusastraan, setidaknya ada dua penyakit kronis yang bisa menjangkiti si sastrawan, yaitu plagiat dan gila hormat. Bagi sementara orang, hal ini bisa jadi menjijikkan tapi mungkin juga menggelikan. Ketimbang menghujat dan menghakimi, penulis tertarik untuk mencari tahu apa yang melatarbelakangi seorang sastrawan melakukan tindak plagiat di satu sisi dan di sisi lain, tergila-gila pada penghormatan. Tulisan ini juga merupakan apresiasi terhadap tulisan Mahmud Jauhar Ali di RB, Maret 2009, yang bertajuk Anti Kritik Memadamkan Cahaya Pengetahuan.

19.3.09




Ini photo saya waktu kuliah di Psikologi UGM, lupa tanggal pemotretannya. Entah tahun 1998 atau 1999 atau 2000 atau 2001 atau 2002.

Duduk di atas, dari kiri ke kanan: M. Luthfi Fathan Dahriyanto (rambutnya dowo, je...), Amrihana M. Rahmat (Yang terakhir itu nama Bapaknya, kreasinya sendiri, ga ditasmiahin), M. Fatan Ariful Ulum (suka menyingkat nama menjadi emfau).
Duduk di bawah, dari kiri ke kanan: Danu Widigdo Usadani (Anak Gunung Kidul, paling muda di antara kami), dan Saya M. Nahdiansyah Abdi (ga ada komentar, hehe...)