Kada karasaan banyu mata
kilirkiliran
Dalam hati maingui doa
Ma
Bah
Ulun tulak
Handak manuntut ilmu di banua
urang
Sangui banyakbanyak ulun
Lawan doa pian badua
(Doa Banyu Mata, 1979)
Tanggal 4 Agustus 2011, hari keempat bulan Ramadhan, saya
menerima buku dengan kover berlatar hijau tua itu, yang setiap sudut-sudutnya
penuh tetesan air (sepertinya) hujan. Lewat kemurahan hati seorang teman, di
singgasananya yang mungil,
kantor Tahura Media di bilangan Jalan Sultan Adam. Ya, sebuah kumpulan puisi
Bahasa Banjar berjudul Doa Banyu Mata
oleh Abdurrahman El Husaini. Membaca puisi yang tampil menjadi judul buku di
pembuka tulisan, terbentanglah sebuah pengalaman yang sangat personal. Sebuah
perpisahan seorang anak yang ingin menuntut ilmu. Peristiwa akan madamnya satu
anak manusia, atau dalam bahasa penyairnya: “Pas basalaman handak turun pada rumah”. Sebuah pembuka yang cantik,
saya kira, yang ingin saya sebut perjalanan mencari banjar di dalam diri.